Tak Masuk Akal bagi Indonesia untuk Usir Rusia Keluar dari G20

JAKARTA, - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, mengatakan bahwa hubungan bilateral Rusia dengan Indonesia saat ini masih tetap kuat meski negara-negara barat meminta Indonesia untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Hal itu ia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan Sputniknews.

"Indonesia belum ikut perang ekonomi melawan Rusia dan tentu saja mereka banyak mendapat tekanan dari negara-negara barat. Tapi selama ini mereka melawan dan melakukan apa yang disebut pemerintah Indonesia sebagai politik luar negeri bebas aktif," katanya.

"Misalnya, tahun lalu kami melihat lompatan 40 persen dalam perdagangan antara Rusia dan Indonesia. Pada Januari kami mengalami pertumbuhan 60 persen dalam hubungan perdagangan, dan sejauh ini kami tidak melihat ada niat dari pihak Indonesia untuk menghentikan atau memotong kerja sama semacam ini," imbuhnya.

Ia menambahkan bahwa Rusia dan Indonesia memiliki beberapa proyek investasi bersama yang telah berkembang sangat positif, salah satunya dengan membangun kilang minyak di kota Tuban, Jawa Timur. Selain itu, kedua negara juga mendiskusikan banyak kerja sama di sejumlah bidang yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.

Terkait dengan KTT G20 yang akan digelar di Indonesia pada tahun 2022 ini,  Lyudmila Vorobieva mengatakan bahwa Indonesia sudah mendapat desakan dari negara-negara barat untuk tidak mengikutsertakan Rusia dalam pertemuan tersebut. Ia menilai keputusan untuk mendepak keluar Rusia dari G20 adalah hal yang tidak masuk akal.

"G20 adalah sebuah proses, dan ini bukan hanya pertemuan puncak, tetapi juga sejumlah besar pertemuan. Menurut mitra Indonesia kami, sekitar 150 pertemuan telah direncanakan, dan Rusia mengambil bagian aktif dalam pertemuan ini secara offline dan online. Baru minggu lalu ada kelompok kerja tentang masalah perburuhan, dan delegasi Rusia berpartisipasi dalam pertemuan ini. Dan tentu saja itu akan terus berlanjut. Dan mengenai upaya untuk mengeluarkan Rusia dari G20 - tentu saja, upaya itu sama sekali tidak logis dan, itu adalah minoritas negara yang mencoba memaksakan kehendak mereka pada mayoritas yang tidak berniat mengeluarkan Rusia dari forum ini, termasuk Indonesia," tukasnya.

 
 


sumber: www.jitunews.com